strukturalisme dan posmodernisme
Aliran Strukturalisme
Strukturalisme berasal dari kata “
stuktur “ yaitu kaitan-kaitan yang tetap dan teratur antara
kelompok-kelompok gejala, sedangkan kata “ strukturalisme “ adalah salah
satu gejala pemikiran metodologi sains yang memberikan aplikasi
ideologi (suatu pandangan dunia yang menilai gejala sesuatu atas dasar
beberapa prinsip yang diterima begitu saja). Sehingga dapat disimpulkan
bahwa stukturalisme adalah suatu cara berfikir yang memandang seluruh
realitas (wujud) sebagai keseluruhan yang terdiri dari struktur yang
saling berkaitan.
Aliran ini memusatkan perhatiannya pada
masyarakat sebagai sistem dimana fenomena-fenomena tertentu
menggambarkan sesuatu kenyataan sosial yang menyeluruh.
Dalam sejarah kelahirannya,
strukturalisme lazim dihubungkan dengan gerakan fiksafat prancis dalam
tahun 60-an yaitu suatu gerakan filsafat yang sangat mengguncang
fenomena eksistensialis. Lahirnya strukturalisme di prancis
dilatarbelakangi oleh reaksi-reaksi terhadap eksistensialis yang sangat
optimis terhadap kedudukan manusia sebagai titik sentral eksistensi
kehidupan.
Pada awalnya strukturalisme hanya
dikenal sebagai metode linguistic yaitu pada linguistic sausuruan, dan
strukturalisme merambah keberbagai ilmu pengetahuan yaitu penganut
formoisme rusia. Para pendukung strukturalisme pada umumnya mengambil
contoh dari distingsi-distingsi dari struktur-struktur yang ada di dalam
bahasa menegaskan pemikiran filosofis. Sedangkan dalam pandangan kaum
strukturalis secara khusus manusia tidak dipandang eksistensialis. Bagi
mereka “manusia “ bukanlah sebagai pusat realistis dan bukan pusat
kenyataan, tetapi pusat kenyataan diselidiki sebagai unsur yang
berfungsi dalam macam-macam stuktur bawah sadar. Sehingga pandangan ini
secara khusus telah mengguncang doktrin eksistensialis yang menyakini
manusia sebagai pusat realistis.
Strukturalisme adalah faham atau pandangan yang menyatakan bahwa semua masyarakat dan kebudyaan memiliki suatu struktur yang sama dan tetap.[1] Strukturalisme
juga adalah sebuah pembedaan secara tajam mengenai masyarakat dan ilmu
kemanusiaan dari tahun 1950 hingga 1970, khususnya terjadi di Perancis.[2] Strukturalisme berasal dari bahasa Inggris, structuralism; latin struere (membangung), structura berarti bentuk bangunan.[1]
Trend metodologis yang menyetapkan riset sebagai tugas menyingkapkan
struktur objek-objek ini dikembangkan olerh para ahli humaniora.[1] Struktualisme berkembang pada abad 20, muncul sebagai reaksi terhadap evolusionisme positivis dengan menggunakan metode-metode riset struktural yang dihasilkan oleh matematika, fisika dan ilmu-ilmu lain.[1]
Beberapa Tokoh-Tokoh Strukturalisme
1. Ferdinan Morgin desaussere (1857-1913)
Ferdinan merupakan peletak dasar metode
strukturalis dan bidang linguistic, lahir di jeneloa pada 26 November
1857. Di keluarga pemeluk protestan prancis yang berimikrasi dari
wilayah Lorraine, Ketika terjadi perang agama pada akhir abad ke 16,
pada tahun 1874 ia mempelajari bahasa sansekerta, pada tuhun 1880 ia
meraih gelar doktor dari “universitas lepzing”, pada umur 24 tahun
ferdinan mengajar ecelo pratikul cles haules etude di universitas paris
dan menjadi guru besar dalam bidang linguistic. Terkenal sebagai seorang
strukturalisme sehingga dijadikan bahan mata kuliah tentang linguistic
umum dan ia juga menerbitkan sebuah buku yang berjudul “corse
linguistiqe general”
2. Claude Levi-sirauss
Cluede levi-sirauss dalam studi
antropologi budaya berkaitam dengan penerapan strukturalisme dalam
bidangnya disebut bapak strukturalis prancis dan peletak dasar
strukturalisme dan penerapan model bahasa dalam suatu penyelidikan
kebudayaan di bidang antropologi. Dia dilahirkan di bursel, belgia pada
tahun 1908 dari orang keturunan yahudi, yang berbangsa prancis. Tahun
1914 pindah ke versalles prancis. Ia belajar filsafat di universitas
Sorbonne.
Menurut claude bahwa analisis kebudayaan
bahkan analisis kehidupan, sosial termasuk seni dan agama. Dapat
dilaksanakan dengan menggunakan analisis bahasa sebagai model sehingga
ia menggabungkan kebudayaan itu bersifat hakiki terutama kebudayaan
dengan kekerabatan, dalam masyarakat primitive.
3. Jakues Lacan (1901-1981)
Jakues lacan adalah salah seorang
strukturalis yang telah menerapkan analisis linguistic bagi
spikoanalisa, ia lahir di kota paris dan belajar ilmu kedokteran serta
spikiatri di kota kelahirannya, ia neraih gelar doktor, ia personalte
spikonosa dalam hubungan dengan kepribadiannya, jakues lancan adalah
seorang pengikut preudian dengan memberikan salah satu interpretasi baru
mengenai psikoanalisis preud dalam prespektif strukturalis, menurutnya
ketidak sadaran adalah bagianm dari percakapan transpidual yang hilang
dalam disposis sabjek sehingga ia tidak sanggup memperhatikan
kontinitas-kontinitas percakapan yang sadar,
4. Noan Chomsky
Ia lahir 1928 di fila delvia USA. Ia
mengajar di masach hosetts institute-istitute of technologi, ia terkenal
dengan temuannya mengenai transpormasional gramer dan generative
gramer, suatu temuan baru di bidang linguistic yang cukup mencengangkan
semua pihak, teori ini mencari jalan lain dari sturturalisme Ferdinand.
Beberapa distingsi menjelaskan penalaran filosofis dan linguistic dari
noam Chomsky adalah generative dan gramer yang merupakan kunci bagi
tujuan filosofis Chomsky. Dan juga mengatakan setiap seseorang dalam
(secara individu) mempunyai suatu sistem terwarisi yang cocok untuk
berbahasa dari semua bahasa dengan menyimpan sebuah hubungan yang
tertentu dalam otak atau saraf manusia.
Aliran Posmodernisme
Posmodernisme merupakan gerakan
kontemporer yang telah menguncang dunia intelektual, gerakan ini sangat
kuat dan modis, istilah posmodernisme dikenal pertama kali pada tahun 60
an dalam kritik yang dikembangkan oleh para politikus sasrta amerika
terhadap dampak industry budaya tinggi. Kemudian dalam perkembangannya,
istilah ini humanisas yang berbeda-beda serta berbeda bagi orang yang
beda. Untuk mengerti hakikat posmodernisme adalah dengan memahami
hakikat modernisme.
Daniel Bell melukiskan “modernism”
sebagai sifat budaya yang mencakup semua seni yang buram, menurut Daniel
modernism ini merupakan respon langsung terhadap terhadap perubahan
sosial akhir abad ke 19 dalam presepsi makna dan kesadaran diri yang
timbul dari disorientasi ruang dan waktu yang berkaitan dengan
traspormasi.
Modernisasi mempunyai gambaran dunia sendiri dan ternyata melahirkan dampak buruk yakni:
- Objektifikasi alan secara berlebihan kepengurusan alam semena-mena yang mengakibatkan krisi ekologi.
- Manusia cendrung menjadi objek karena pandangan modern yang objektifitsa dan positifitas
- Ilmu-ilmu positif empiris menjadi standar kebenaran tertinggi.
- Kebangkitan kembali tribanisme (mentalitas yang mengunggulkan kelompok sendiri)
Dalam suatu kesempatan lyotard
mengatakan dalam bukunya yang berpengaruh “ la condition posmoderne :
reppot sur le savoir “. Bahwa posmodernisasi itu adalah keadaan kultur
kita mengikuti transpormasi yang sejak akhir abad ke 19, telah mengubar
aturan permainan dalam sains sastra dan seni dengan berpijan dengan
pemikiran tersebut.
Ciri-ciri posmodernisasi modernisme menurut Ahmed dilihat dari watak sosiologinya:
- Kondisi posmodernis berkaitan dengan ide dan citra yang mewakilinya mulai dari yang ironis conoklastik dan bebasa mengambang.
- Gerakan ini bersamaan dengan gerakan media
- Kontunuitas dengan masa lalu tetap merupakan ciri kuat posmodernis
- Sebagian besar penduduk masis meliputi wilayah perkotaan dengan sebagian lagi masih dipengaruhi ole hide-ide yang berkembang di Negara ini maka metropolis menjadi sentral bagi posmodernisme
- Terdapat elemen kelas dalam posmodermisme dan demokrasi adalah sarat mutlak bagi perkembangannya.
- Posmodernisme memberikan peluang bahkan mendorong pengajaran wacana dan pencampuran bagi citra.
Tokoh-Tokoh Aliran Posmodermisme
- Jacques Derrida 1930
Ia adalah seorang filosofis prancis
kontemporer yang penuh kontrafersi. Ia seorang yahudi lahir di aljazair
pada tahun 1930 dan pindah ke prancis pada tahun 1959.
Pemikiran-pemikirannya memancing emosi yang telah membaca
tulisan-tulisannya dikarenakan termasuk pemikir yang sangat produktif
dalam berbagai karya tulis dalam bidang filsafat telah banyak
dilahirkan diantaranya: karya tulis pada tahun 1962 menerbitkan magres
de la philoshophie. Derida berpandangan bahwa manusia sama sekali tidak
bisa maju dalam pemikiran atau melakukan kritik terhadap pemikirannya
sendiri atau pemikiran orang lain yang terdahulu.
2. Muhammad Arkoun
Ia adalah seorang pemikir islam
kontemporer yang mencoba melakukan sistensis antara tradisi intelektuan
islam dan intelektual barat, kreasi dan karya intelektualnya lebih
banyak difokuskan pada pengajaran berbagai teks dari tokoh klasik yang
besar. Seperti miskawih, abu alhasan dan almisri. Muhammad arkoun lahir
pada tanggal 1 februari 1928 di touririt-mimoun di kalibia, suatu daerah
pengunungan berpenduduk berber di sebelah timur aljril afrika utara.
Ketika di paris arkoun telah banyak
mengaji pemikiran filsafat barat modern diantara tokoh ilmuan (filosof)
yang telah banyak mempengaruhi pemikiran arkoun, semua pemikiran itu
diramunya sedemikian rupa sehingga melahirkan pemikiran arkoun yang
orisinal dan dalam “kritik nalar islam” dalam karyanya “ logosentrisme
dan kebenaran agama dalam pemikiran islam”
Daftar Pustaka
Brower,sejarah filsafat modern dan sezamannya,alumni bandung 1986
Asep ahmad. Hidayat, filsafat bahasa, bandung 1986. Hal 105-123
Frank kormode, history and value.the clarendom and cilffe leacture loxpord:clasrendom press. 1088, hal 1343
Elisabeth Roudinesco, Philosophy in Turbulent Times: Canguilhem, Sartre, Foucault, Althusser, Deleuze, Derrida, Columbia University Press, New York, 2008.
Komentar
Posting Komentar